Cara Memberi Hukuman Mendidik dan memberikan Efek Jera Pada Anak Siswa nakal Tanpa kekerasan. Memberi efek Jera pada anak tidak harus lewat hukuman yang keras. Masih cukup banyak orang tua yang berpandangan bahwa menghukum anak yang sangat nakal dengan cara kertas akan memperbaiki perilakunya. Begitu pula institusi pendidikan. Guru-guru Di sekolah masih ada saja yang menghukum anak secara fisik. Bahkan para penegak hukum seperti hakim menjelaskan anak yang melanggar hukum ringan ke penjara. Apakah cara-cara demikian dapat memberi efek Jera pada anak dapat memperbaiki perilaku yang negatif? Jika tidak apa pendekatan yang tepat untuk anak yang demikian?
Cara Memberi Efek Jera Pada Anak
Hanya kenakalan anak-anak
Melihat kasus Seperti di atas sebagai bentuk kenakalan remaja belakang Apakah itu berkaitan dengan hukum maupun tidak. Dan kenakalan anak saya hanya bisa dihadapi dengan cara yang persuasif dan mendidik. Bila bersinggungan dengan hukum seperti mencuri secara normatif memang tidak bisa diterima tetapi tidak lantas harus diproses secara hukum. Ada sejumlah faktor internal dan eksternal yang menyebabkan anak dan remaja melakukan kenakalan.
Dalam psikologi perkembangan kenakalan yang dilakukan oleh remaja tidak muncul secara tiba-tiba. Gejala awalnya dapat dilihat dari usia usia sebelumnya yakni pada saat anak-anak Jadi sebenarnya hal ini bisa diprediksi. Penyebabnya bisa karena faktor karakter dan kepribadian anak itu sendiri faktor didikan dari orang tua ataupun lingkungan sosial. Antara pada kasus hukum yang melibatkan anak-anak dan remaja biasanya bermula dari kemiskinan secara struktural. Mereka mencari segala sesuatu yang bisa diubah menjadi uang untuk memenuhi kebutuhannya. Namun hal itu pun tidak mutlak. Bisa saja anak berkecukupan secara materi tetapi tidak mampu memanfaatkan waktu luangnya dengan baik
Apalagi jika ia berada di lingkungan sosial yang tidak mendukung dirinya untuk melakukan kegiatan positi. Belum ada definisi nakal yang sama rata pada semua keluarga karena setiap orang tua memiliki patokan berbeda-beda mengenai kenakalan itu sendiri. Mereka mendidik anak berdasarkan apa yang mereka alami dan ketahui. Pada keluarga yang memiliki banyak aturan label makanan akan semakin cepat diberikan jika anak melanggar aturan sekecil apapun. Sementara keluarga yang permisif mungkin orang tua akan lebih longgar dalam melihat kenakalan anak. Bisa saja itu dianggap biasa dan dianggap termasuk proses pendewasaan.
Anak patuh bila merasa aman
Pertanyaannya Apakah menghukum anak dengan cara dikerasi dikurung di kamarnya dipukul dicemooh akan membuat anak cerah dan tak lagi mengulangi kesalahannya?
Anak akan patuh dan menurut orang tua atau guru nya ketika dia merasa aman dan nyaman. Jadi sepatutnya orang tua mereaksikan dirinya Apakah dia sudah menjadi tempat yang bersifat demikian bagi anaknya. Mustahil anak akan Kapuk berbuat nakal ketika orang tuanya sendiri misalnya masih sering bertengkar. Selain itu orang tua juga sering salah dalam memberikan label pada suatu perilaku. Alasannya. Mama marah karena mama sayang adalah alasan yang sangat keliru. Angkat Marah itu sebagai bentuk kasih sayang padahal seharusnya tidak demikian. Upaya orang tua untuk membuat anak cara dalam berbuat nakal harus diawali dengan cara memahami benar-benar kondisi sangat amat. Dekat secara fisik belum tentu dekat secara afeksi.
Orang tua bertemu anaknya setiap hari tapi dia tidak mengetahui apa saja yang diperbuat anaknya. Pahami anak dimulai dari mengetahui kebiasaannya kegemarannya ataupun apa yang tidak disukai. Jika anak melakukan kesalahan Berikanlah sanksi sesuai tingkat kesalahan dan usia anak. Bisa dengan menarik Hadiah atau mengurangi sesuatu yang bisa diberikan. Misalnya mengurangi uang jajan atau melarangnya keluar pada akhir pekan. Yang paling penting agar orang tua Jangan terlalu Royal dalam memberikan sanksi sedikit nakal diberi sanksi. Hal itu malah membuat anak kebal tidak memperhatikan perilaku negatifnya. Padahal semakin besar anak semakin banyak temannya lingkungan semakin mempengaruhi pelanggaran yang dilakukan anak pun akan semakin banyak dan tingkatannya makin tinggi.
Perlu diingat apabila orang tua sering memberikan hukuman secara perlahan konsep diri anak akan rusak. Iya kemudian menjadi pribadi yang negatif dan tidak memiliki kepercayaan diri. Selain itu tidak mudah takut dan tidak berani tampil di muka umum karena khawatir akan melakukan kesalahan. Usahakan pula untuk menghindari sanksi seperti memukul mengurung dan tindakan fisik lainnya karena efeknya tidak baik untuk piskologis anak. Jika dia sudah terbiasa terkena hukuman fisik kemungkinan di masa mendatang dia akan melakukan hal yang sama kepada keturunannya. Saat anak sedang nakal atau dalam psikologi disebut sedang berada pada periode bermasalah sebaiknya orangtua benar-benar fokus untuk mengatasi kenakalan ini. Jangan dibiarkan terlalu lama karena bisa saja anak menjadi lebih mahal dan sulit diubah.
Bila bersinggungan dengan hukum
Demikian pula dalam menghadapi anak-anak yang bersinggungan dengan hukum. Perkara sederhana seperti itu terlalu besar harganya kalau dipersoalkan menggunakan mekanisme formal mulai dari penyidikan hingga peradilan. Karena kenakalan saja bukan kriminal. Karena termasuk kenakalan maka seharusnya tidak perlu sampai ada proses peradilan untuk menghukum anak. Proses hukum pidana bukanlah sesuatu yang baik untuk perkembangan anak dan remaja. Proses hukum pidana dan lembaga pemasyarakatan tidak akan membuat mereka lebih baik. Mereka melakukan belajar culture penjara hingga akhirnya terkontaminasi dan terhindar dari pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Maka dari itu proses pidana harus menjadi upaya terakhir jika upaya lain tidak bisa diberikan. Upaya lain yang dimaksud adalah langsung mengembalikan anak kepada orang tuanya saat ia terlibat kasus hukum. Pemerintah seharusnya bisa memberikan perhatian kepada masing-masing keluarga agar bisa mendidik anak dengan sebaik-baiknya.
Memperbaiki perilaku negatif
Jejak kasus hukum yang melibatkan anak-anak bermunculan isu perlunya hukum restorative menembus. Dengan hukum restorative penyelesaian kasus anak-anak dan remaja dilakukan dengan cara mediasi tanpa harus berakhir di meja hijau. Restorasi tersebut dilakukan dengan beberapa langkah yang saling memaafkan antara perilaku dan korban yang dimediasi oleh kepolisian. Setelah itu aparat penegak hukum mengadakan pemulihan pembinaan dan pemantauan kepada anak-anak tersebut. Jika di kemudian hari kiamat mengulangi perbuatannya maka dia bisa dikenakan pemidanaan. Dengan catatan perbuatan itu berulang dan terdapat unsur memperkaya diri sendiri.Hukum restorative belum menjadi kenyataan di negeri kita karena aturan yang terdapat dalam RUU Sistem Peradilan Pidana Anak ini masih dibahas di DPR. Sebenarnya ketika anak berhadapan dengan hukum ada dua pilihan yakni ya bisa dipidana atau diberi tindakan dengan cara dikembalikan kepada orang tuanya. Namun hukum di Indonesia belum memberi prioritas pada tindakanSehingga tidak sedikit anak yang harus di pidana ketika melanggar hukum.
Sementara itu hukum restorative dapat memulihkan sang anak sehingga ia lebih fokus ke masa depannya. Sementara kalau ia menerima hukuman penjara untuk hal ini akan menghambat perkembangan. Yang perlu diingat ketika anak melakukan kejahatan dia tidak mungkin melakukannya sendirian. Ada dorongan dari orang-orang di sekelilingnya sehingga ia perlu dibenahi juga.
Akar permasalahan pada keluarga
Peran orang tua sangat besar untuk mencegah anak terlibat kasus hukum dan berbuat kenakalan. Akar permasalahan ini ada di keluarga. Sayangnya sekarang banyak keluarga yang tidak otentik karena orang tua tidak mampu melaksanakan kewajibannya sebagai pendidik dan pengasuh anak. Secara status mereka memang orang tua tetapi tidak memiliki kapasitas sebagai orang tua. Betapa semakin banyak orang tua yang menyerahkan pendidikan dan pengasuhan anaknya ke lembaga pendidikan. Orang tua seperti ini mampu dari segi ekonomi tapi inkompeten dan tidak memiliki kapasitas dalam mendidik anak. Pengetahuan parenthink mereka sangat awam sering keliru dalam mendekati anak akibatnya anak berkembang tidak maksimal dan sering membuat masakan.
Untuk mengatasinya orang tua pun perlu belajar. Terus mengupdate diri dengan informasi yang berkembang, mengetahui cara-cara pengasuhan dan pendidikan anak Di waktuku internet bahkan bila diperlukan melakukan konsultasi pada pakar perkembangan anak dan menerapkannya dengan tepat akan sangat membantu pengasuhan pada. Selain itu pemerintah sebagai pengatur regulasi melakukan pemberdayaan keluarga (family empowerment) terutama untuk keluarga yang memiliki masalah ekonomi dan sosial. Unsur-unsur pemerintah seperti Kementerian Sosial Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta kementerian pendidikan nasional seharusnya bersinergi untuk memberdayakan keluarga. Pemerintah perlu mengintervensi keluarga yang belum otentik hingga akhirnya memiliki kapasitas untuk mengasuh dan mendidik anak.
Caranya dengan memberikan edukasi kepada orang tua akan mereka memiliki kapasitas untuk menjalankan tugas sesungguhnya sebagai ayah dan ibu. Jadi apabila orang tua belum memiliki kapasitas anak tidak bisa disalahkan ketika dia berbuat salah dan melanggar hukum.