Cara tepat menjelaskan perceraian kepada anak. Didalam sebuah pernikahan ujian pasti akan selalu datang. Pertengkaran pertengkaran ataupun hal hal yang dapat memicu keretakan rumah tangga , pastilah selalu ada, dan tidak dapat terelakan.Perceraian dapat terjadi pada siapa saja. Pernikahan yang belum dikaruniai anak mungkin belum menjadi perkara yang sangat besar. Saat anak hadir menjadi anggota keluarga, ini tentu akan menambah hal yang perlu kita perhatikan benar. Kehadiran anak menambah hubungan sebuah keluarga menjadi lebih erat. Tak jarang banyak orang tua yang mengalah dengan egonya demi kepentingan anak. Namun lagi lagi keputusan tetaplah keputusan. Seseorang mungkin saja mengambil tindakan tertentu agar tidak terjerumus kedalam permasalahan yang lebih besar nantinya .
Seperti yang kita ketahui banyak sekali faktor yang menyebabkan suatu perceraian dapat terjadi , diantaranya adalah hadirnya orang ketiga, permasalahan ekonomi, permasalahan perbedaan prinsip , hingga permasalahan permasalahan internal lainnya. Beberapa kasus saat mulai bercerai kepada suami, istri cenderung ditinggalkan sang buah hati Karna usia anak masih sangat belia sekali , Karna diusia itu anak lebih membutuhkan ibu ketimbang sang ayah. Namun bagaimanakah cara kita menjelaskan tentang perceraian terhadap anak yang usianya masih sangat belia sekali. Yuk simak ulasannya berikut ini.
Cara Jelaskan Perceraian Kepada Anak
Menjelaskan perkara cerai memang sangat membingungkan. Apalagi jika umur anak berkisar antara 2 – 4 tahun . Diumur ini merupakan umur anak yang mulai sedikit paham tentang struktur keluarga, meski terbilang belum mengerti penuh secara fisik namun secara batin dan kebersamaan sudah timbul pada usia tersebut. Mungkin pada waktu awal awal berpisah suami ataupun istri sering menjenguk anak anak. Tapi lama kelamaan mungkin saja salah satu diantaranya menghilang tanpa kabar.
Jika kedekatan yang timbul sangat dekat sekali , ini merupakan hal yang benar benar sangat sulit sekali bagi salah satu orang tuanya. Pasalnya menghilangkan sesuatu yang setiap hari ada disamping anak memang bukan perkara mudah. Belum lagi psikologi atau tekanan tekanan lain yang timbul seperti anak dalam keadaan sakit. Atau sering mengingau menangis menyebutkan salah satu anggota keluarganya yang hilang. Lalu sebagai orang tua bagaimanakah kita menghadapi hal ini ?
Dalam kasus ini ada beberapa hal yang akan saya bahas secara terpisah agar lebih fokus. Yaitu mengenai hubungan anak anak dengan seseorang yang tidak ditinggalkan anak, saat perceraian itu terjadi. Kemudian hal yang berhubungan dengan ibu mertua ( nenek mereka ) dan tentang perceraian tersebut.
Dalam kaitannya dengan seseorang yang tidak ditinggalkan anak saat bercerai. Akan menjadi baik apabila mantan suami atau mantan istri rutin mengunjungi anak anak. Dengan demikian meskipun sudah berpisah. Anak tetap bisa merasakan kasih sayang dari ayah maupun ibunya. Sangatlah wajar bila setelah bertemu , anak anak kerap menanyakan kembali. Oleh karena itu, bila saat ini sudah mulai jarang berkunjung . Ada baiknya anda tetap mengingatkan dan. Membina komunikasi dengan keluarga mantan suami atau mantan istri. Agar silaturahmi antar keluarga dpat terus terjaga.
Aturlah jadwal sedemikian rupa sehingga anak anak tetap merasa memiliki keluarga yang utuh meski secara fisik tidak bersama dalam satu rumah. Menilik usianya secara kognitif sebetulnya daya ingat anak dengan usia diatas belum lah berkembang dengan baik. Ada satu atau dua peristiwa yang mungkin bisa diingat dengan baik oleh anak anda. Selebihnya mungkin sudah tidak diingat sama sekali. Si kecil bisa jadi melupakan wajah karena kurangnya interaksi.
Bukannya tidak mau , tapi usia mereka memang belum mencapai tahapan bisa mengingat banyak informasi. Oleh karena itu , kalau pun mereka menanyakan soal ayah. Saya menduga itu lebih karena peniruan saja. Bukan karena mereka betul betul ingin bertemu dengan ayah. Ayah disini seolah hanya sebagai sosok . Untuk sementara anda bisa menggantikan sosok ini dengan adik laki laki, kakak laki laki atau bisa ayah anda sendiri.
Jika anak anak kerap mengingau ataupun menyebut nama nama sang ayah dan kerap menangis dan rewel. Ada baiknya anda bahas secara kekeluargaan. Perbedaan cara pendidikan dan penerapan disiplin yang berbeda memang bisa memberi pengaruh pada anak .
Untuk mengenai perpisahan anda dengan ayah mereka. Sampai kan saja terus terang bahwa anda sudah tak tinggal lagi satu rumah dengan ayah mereka. Gunakan bahasa dan kalimat yang bisa dipahami anak balita. Anda bisa menyampaikan bahwa ayah tinggal ditempat lain. Faktanya , apapun penjelasan anda. Mereka tidak akan benar benar paham karena masih kecil. Namun, anda tidak perlu berdusta. Yang lebih penting ditekankan adalah meski sudah berpisah. Anda berdua tetap menyayangi dan mencintai mereka. Membuktikan rasa sayang dan cinta itu tugas yang tidak mudah, tapi saya yakin anda pasti akan mampu melakukannya.